Sebuah Kata yang tak terucap





Aku menulis ini dibawah senyum matahari yang masih hangat-hangatnya.

Meskipun senyumnya tak sehalus bunga matahari yang sedang mekar.

Aku tak yakin apakah ini memang benar sebuah puisi.

Atau hanya sekumpulan kata-kata yang tak bermakna.

Jikalau memang iya aku tak yakin apakah perasaanku akan terwakilkan sepenuhnya.

Karena untuk mengungkapkannya akan butuh yang lebih dari sekedar kata.


Aku selalu ingin mengungkapkannya padamu, kata-kata yang tak pernah bisa terucap.

Namun selalu, semuanya hilang ketika sampai diujung lidah.

Sama seperti saat kutatap kepingan senja yang manja disana.



Lihat betapa menyedihkannya aku.

Aku bahkan lupa kapan terakhir kali membuatmu tersenyum.

Bahkan aku hafal bagaimana suaramu saat menitihkan air mata.

Apalagi sajak mana yang pernah membuatmu terperana.


Jika ku boleh mengingat-ingat, aku ingin kembali ke masa itu.

Masa-masa yang tak mungkin pernah kita lupakan.

Saat dimana aku masih bisa menatap dalamnya matamu setiap hari.

Saat dimana kita bersama menyapa senja untuk alasan yang serupa.


Cinta itu bak bunga yang kita rawat bukan ?

Dia akan layu untuk mekar

Dia akan patah untuk tumbuh.

Dia akan kering untuk berbunga.


Apakah kita masih dalam satu frekuensi yang sama ?

Apakah aku masih bisa berada disampingmu ?

Dulu kita membayangkan dimasa depan kita akan terpisah.

Dengan jalan masing-masing kita akan dipertemukan kembali.

Apakah kau yakin bisa melakukannya ?

Apakah kamu disana baik-baik saja ?

Apakah perasaan itu akan sama disetiap jengkal raga menghela bernafas ?

Aku tidak tau jawabanmu, tapi aku akan selalu menunggumu.

Tapi jika saatnya datang, bisa kah kau katakan kau tak lagi ragu ?


C
Previous
Next Post »

1 Komentar:

Write Komentar